Halaman

Kamis, 29 November 2012

Overdue Remorse


Annyeong.. Ini ff pertamaku yang dipos disini, aku harap kalian suka. Kalau gaje dimaklumi ya.

Part 1

“Eomma!” sorak seorang gadis kecil cantik yang berbalut gaun putih anggun. Yeoja yang dipanggil Eomma oleh gadis kecil itu tak menghiraukan, dia terus berjalan menjauhi rumah. Gadis kecil itu menangis, karena yeoja yang dia sebut Eomma semakin jauh.
“Ee Seul ..” panggil seorang namja tampan yang menarik kursi rodanya mendekati  gadis kecil yang ia sebut Ee Seul. “Appa, Eomma tak mau merayakan ulang tahun Ee Seul Appa,” isak Ee Seul, air matanya berderai jatuh dari sudut-sudut mata sipit kecilnya nan indah. Namja itu mengusap air mata putrinya, hatinya perih setiap kali malaikat kecilnya itu menangis karena isterinya yang tak lain adalah ibu kandung Ee Seul.
Ia sakit karena tak ada apa pun yang bisa ia lakukan untuk putrinya. “Jangan menangis sayang, Eomma sangat ingin merayakan ulang tahun Ee Seul tapi Eomma sangat sibuk sayang. Ee Seul anak yang baik kan?” ucap namja itu berusaha menenangkan putrinya. Ee Seul mengangguk, “Ee Seul tak boleh menangis. Ee seul harus mengerti Eomma, mengerti?” namja itu tersenyum pada malaikat hatinya. Ee Seul kembali mengangguk dengan air mata yang terus berurai. Namja itu memeluk putrinya. Air matanya ikut mengalir, maafkan Appa sayang, Appa tak bisa berbuat apapun, batin namja itu.
“Nah, sekarang saatnya berpesta. Ayo Ee Seul sayang, kita rayakan ulang tahun putri Appa yang paling cantik sedunia,” ujar namja itu semangat sembari menarik kursi rodanya berbalik memasuki rumah lagi. “Ayo Chagi,” ajaknya pada putrinya. Ee Seul mengangguk, “Apa Appa kesulitan?” tanyanya sebelum berjalan menuju rumah. “Tidak sayang, Appa  sudah terbiasa” jawab namja itu sembari tersenyum.
“Ee Seul! Apa yang Ee Seul lakukan? Appa bisa sendiri sayang” ucap namja itu panik karena Ee Seul mendorong kursi roda untuknya, “Ee Seul sayang Appa,” tutur gadis kecil itu sembari mencium pipi Appanya lalu melanjutkan mendorong kursi roda Appanya ke dalam rumah, namja itu tersenyum lebar.

“SAENGIL CUKKAHAMNIDA SAENGIL CUKKAHAMNIDA SARANGHANEUN EE SEULIE SAENGIL CUKKAHAMNIDA”

Seorang Ahjumma yang merupakan pelayan rumah itu dan seorang Ahjussi, sopir keluarga Kim, tersenyum pada Ee Seul. Ahjumma itu memegang sebuah kue ulang tahun sederhana namun cantik, lengkap dengan lilin berangka 6.
“Ayo Ee Seul, tiup lilinnya” suruh Appanya. Ee Seul tersenyum dan mengangguk. “Nona Ee Seul buat permohonan dulu,” tuntun Ahjumma. Ee Seul mengangguk lagi. Gadis kecil itu memejamkan matanya.
“Ya Tuhan. Ee Seul sayang Eomma. Ee Seul ingin bersama  Eomma. Ee Seul ingin merayakan ulang tahun bersama Eomma. Seperti teman-teman Ee Seul. Ee Seul ingin meniup lilin bersama Eomma dan Appa. Ee Seul belum pernah merayakan ulang tahun bersama Eomma. Ya Tuhan apa Eomma membenci Ee Seul? Ee Seul ingin mendapat kasih sayang Eomma, Ee Seul ingin diantar ke sekolah oleh Eomma, Ee Seul ingin pergi ke karnaval bersama Eomma, Ee Seul ingin tidur bersama Eomma, Ee Seul ingin dibacakan cerita oleh Eomma, Ee Seul ingin disuapi Eomma. Ee Seul ingin dipeluk Eomma, Ee Seul ingin digendong Eomma, Ee Seul sayang Eomma. Ya Tuhan ampuni Ee Seul jika Ee Seul sering membuat Appa menangis, Ee Seul sayang Appa, Ee Seul tak ingin Appa sering menangis, buatlah Appa selalu bahagia ya Tuhan,”  panjat gadis kecil itu polos.
Ahjumma, Ahjussi dan Appanya menatap Ee Seul dengan mata basah. “Nah sekarang tiup lilinnya Ee Seul,” tuntun namja bermata sipit, Ee Seul menangguk kepada  Appanya, “Tapi Ee Seul mau bersama Appa,” ucap Ee Seul. “Ayo Tuan Yesung” Ahjumma itu menyodorkan kue ke depan Ee Seul dan Appanya, Yesung.
Huuuufff……!!!
Lilin itu redup dalam sekejap. “Selamat ulang tahun sayang,” ucap Yesung pada putrinya seraya mengacak rambut Ee Seul. “Terima kasih Appa,” balas Ee Seul. Bibirnya mengecup bibir Appanya. Ahjumma, Ahjussi dan Yesung terkekeh, Ee Seul merona.


* * *


Ting…Tong…Ting…Tong …
Ahjumma bergegas membukakan pintu. Beberapa saat kemudian dia kembali dengan seorang yeoja anggun, tinggi dan berparas layaknya bidadari. “Na Eun!” seru Yesung terkejut melihat yeoya cantik itu. “Oppa!” pekiknya seraya berlari memeluk Yesung.
“Ahjumma siapa?” tanya Ee Seul bingung, karena ia tak pernah bertemu Na Eun sebelumnya, seingatnya, padahal saat Ee Seul berumur 2 tahun, mereka sering bermain bersama, saat itu Na Eun masih di Seoul. Beberapa tahun terakhir ini Na Eun sibuk dengan studinya di Amerika.
“Annyeong Ee Seul, nama Ahjumma Lee Na Eun. Ee Seul Pasti tak ingat Ahjumma. Ahjumma teman Appa Ee Seul, dulu kita sering bermain bersama, “ sapa Na Eun ramah. “Salam kenal Ahjumma,“ sapa Ee Seul balik. “Whoa Oppa kau mengajarnya dengan baik,“ puji Na Eun, dia mencubit kedua pipi chubby Ee Seul. Ee Seul tertawa.
Ee Seul dengan mudah bisa menyesuaikan diri dengan Na Eun.

* * *

“Bagaimana sikap Eonni terhadapmu Oppa?” tanya Na Eun begitu ia berhasil menidurkan si bocah kecil Ee Seul, gadis kecil itu meminta Na Eun membacakan cerita sebelum tidur.
“Masih seperti dulu, masih dingin malah makin dingin,” jawab Yesung lemas.
“Bagaimana dengan Ee Seul?” tanya Na Eun penasaran.
“Dia bahkan tidak pernah menyentuh Ee Seul,” lirih Yesung
Na Eun sekonyong-konyong membelalakkan mata, “apa? Apa di gila?”  tiba-tiba saja emosi menggerogoti hati Na Eun.
Yesung mengedikkan bahu, “itulah kenyataannya Na Eun, ah, kau lihat sorot mata Ee Seul? Tak cerah, dia selalu menangis setiap kali melihat teman-temannya diantar dan dijemput oleh ibu mereka, ketika menonton pun dia juga sering menangis, mendengar cerita dia sering menangis. Dia selalu bertanya kenapa Eommanya membenci dia. Aku merasa bersalah pada Ee Seul. Sebagai Appanya tak ada yang bisa kuperbuat untuk putriku. Aku hanya bisa ikut menangis ketika dia menangis. Aku selalu mencemaskan pertumbuhan Ee Seul. Anak seumur Ee Seul terlalu kecil untuk menanggung beban perasaan itu. Aku tak masalah jika dia membenciku asalkan dia menyayangi Ee Seul, bagaimanapun Ee Seul adalah anak kandungnya.“ Yesung menghela nafas panjang.
“Hyeo Min lah yang mengandung dan melahirkan Ee Seul. Bagaimana bisa dia bersikap begitu pada darah dagingnya?!” tukas Na Eun marah, ia rasanya ingin sekali mengata-ngatai Hyeo Min, isteri Yesung, ibu kandung Ee Seul.
“Aku  tak tau Na Eun, setiap hari aku selalu mencoba untuk membuatnya sedikit memperhatikan Ee Seul. Namun dia hanya menganggapku seperti angin lalu,“ ucap Yesung sedih, air matanya kembali berlinang. Na Eun memeluk Yesung, tangannya mengelus punggung sahabatnya itu. “Sabar Oppa, waktu pasti akan menjawab semuanya, kau pasti bisa bertahan,”  hibur Na Eun.
Sementara itu seorang yeoja cantik namun terkesan kaku sedang mengintip dari belakang lemari. Sesuatu yang aneh berdesir di hatinya. Baik mendengar percakapan Yesung dan Na Eun maupun melihat adegan pelukan mereka.
Hyeo Min keluar dari tempat persembunyiannya dan berjalan ke lantai atas, ke kamarnya tepatnya. Yesung dan Na Eun yang sedang berada di ruang tengah melihatnya, “oh kau sudah pulang,” sapa Yesung, Hyeo Min mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Na Eun mengatupkan erat giginya, kedua tangannya mengepal, yeoja itu sedang berusaha menahan emosi, rasanya ingin sekali dia menampar Hyeo Min.
“Bagiamana kau naik ke atas Oppa?” tanya Na Eun berusaha mengalihkan emosinya. “Terkadang Park Ahjussi membantuku dan terkadang Lee Ahjumma. Kalau mereka belum tidur,” jawab Yesung santai. “Bagaimana kalau mereka sudah tidur?” Na Eun sudah menebak jawaban Yesung.
“Kutinggalkan kursi roda di bawah dan aku ngesot ke atas,” jawab Yesung sembari terkekeh, hati Na Eun miris mendengar cerita Yesung. “Apa gunanya Hyeo Min? Sial!“ geram Na Eun. “Dia juga butuh istirahat. Dia bekerja seharian Na Eun.” Yesung membela isterinya itu. ” Hah! Tetap saja brengsek! Apa dia benar-benar tak punya hati! Kau begini juga karena dia! Rasanya ingin ku cabik-cabik wajahnya itu!” geram Na Eun. Air matanya menetes seiring dengan menaiknya emosinya. “Jangan menyebut itu lagi Na Eun!” tegas Yesung. “Tidak! Aku akan memberitahunya! Agar dia bisa tau diri!” gertak Na Eun. “Na Eun jangan lakukan itu, kumohon,” lirih Yesung, Na Eun pun tak tega mendengar suara lirih namja yang sudah ia anggap seperti Oppanya sendiri.

Na Eun kembali memeluk Yesung. “Maaf tadi aku menyuruhmu bertahan, kuharap kau segera berhenti Oppa,“ isaknya di bahu Yesung. Yesung menepuk-nepuk bahu yeoja itu pelan. “Aku tak bisa Na Eun, aku terlalu mencintainya,” balas Yesung dalam.

* * *

“Eomma! Eomma tak serapan?” tanya Ee Seul begitu melihat Eommanya bergegas keluar rumah. Hyeo Min serapan bersama Yesung dan Ee Seul! Itu hal yang paling jarang dilakukan Hyeo Min, bahkan bisa disebut tak pernah. Hyeo Min menggeleng sekali kemudian bergegas keluar rumah.
Ee Seul menatap nanar makanannya, seleranya kembali hilang. Air matanya pun kembali berlinang. Yesung hanya menatap sedih putrinya.
“Ee Seul!” sorak seseorang, Ee Seul mengalihkan mata ke arah pintu.
“Na Eun Ahjumma!” pekik Ee Seul sembari berlari ke pelukan Na Eun.
“Ahjumma datang?” tanyanya polos. Sudah jelas Na Eun ada dihadapannya ia masih bertanya Na Eun datang, gadis kecil nan polos. “Ya Ahjumma kan sudah janji akan mengantar Ee Seul ke sekolah,” balas Na Eun seraya merapikan jepitan rambut Ee Seul. “Benarkah? Ahjumma akan benar-benar mengantar Ee Seul?” tanyanya semangat. Na Eun mengangguk sembari tersenyum. “Asyik,” sorak Ee Seul bahagia.
Yesung tersenyum melihat putri kecilnya tersenyum. Terima kasih Na Eun, tuturnya dalam hati.

* * *

“Nah, Ee Seul, sekarang masuklah, ibu gurunya sudah menanti Ee Seul,” ucap Na Eun Sembari merapikan seragam Ee Seul. “Ok, Ahjumma akan menjemput Ee Seul nanti kan?” pasti gadis kecil itu, Na Eun mengangguk, bibirnya membentuk senyuman. “Bersama Appa ya?” pinta Ee Seul.
“Mm… Mengerti tuan putri,” celetuk Na Eun. Nah, masuklah sekarang,” suruh Na Eun. Ee Seul mengangguk, dia melambaikan tangan pada Na Eun.

* * *

“Appa! Ahjumma!” seru Ee Seul sembari melambai pada sepasang namja dan yeoja yang duduk di bangku taman Seoul Choa Yuchiwon,
“Bagaimana sekolahnya sayang?” tanya Yesung, tangannya merapikan poni Ee Seul. ”Tadi Ee Seul dapat nilai paling tinggi dalam menyanyi,” bangganya.
“Aigoo anak Appa pintar bernyanyi ya,” puji Yesung. “Huaa.. Ee Seul benar-benar menurunimu Oppa. Tak hanya wajahnya yang mirip kau. Sifat dan keahliannya juga sama denganmu,” ujar Na Eun. Yesung tersenyum kemudian mengacak rambut putrinya dengan sayang.
“Ah Appa Ahjumma!” panggil Ee Seul. “Ya?” balas Yesung dan Na Eun serempak. Ee Seul tiba-tiba cemberut. “Ada apa sayang?” tanya Yesung cemas. “Ehm.. ibu guru memberi PR membuat cerita liburan bersama orangtua,” ujar Ee Seul, Yesung mengerti apa masalah putrinya, sekalipun belum pernah Ee Seul pergi berlibur dengan orangtuanya. Karena mengingat kondisi Yesung yang tidak bisa berjalan dan Hyeo Min yang tak mempedulikan putrinya.
Na Eun sekonyong-konyong mengerti dengan masalah Ee Seul. “Ah.. Ayo kita pergi jalan-jalan,“ ajak Na Eun. Raut wajah Ee Seul sekonyong-konyong berubah cerah, “benarkah?” pasti gadis kecil itu, Na  Eun mengangguk-angguk. “Bagaimana Appa?” tanya Ee Seul pada Yesung. Matanya menatap Yesung penuh harap. Yesung mengangguk, “ Yeee……” soraknya.
Mereka beranjak meninggalkan TK. Na Eun mendorong kursi roda Yesung. “Maaf menyusahkanmu,” ujar Yesung. “Tidak, kau tak menyusahkanku kepala besar,” celetuk Na Eun. “Yak! Jangan menyebutku kepala besar lagi!” protes Yesung, Na Eun terkekeh.

* * *


Semakin hari Ee Seul semakin dekat dengan Na Eun. Na Eun sangat berarti bagi Ee Seul, seperti Eomma pengganti baginya. Begitu pun dengan Na Eun, dia sangat menyayangi Ee Seul, seolah gadis kecil itu adalah anak kandungnya.
Ee Seul tidak pernah lagi menangis di depan Na Eun dan Appanya. Na Eun dan Yesung beranggapan Ee Seul mulai melupakan sikap Eommanya padanya, namun tak begitu pada kenyataannya, ketika sedang seorang diri, Ee Seul sering menangis sembari memohon kepada Tuhan agar Eommanya bisa menyayanginya seperti Na Eun menyayanginya.
Namun sepertinya Tuhan belum menjawab doa gadis kecil itu. Hyeo Min masih acuh terhadap Ee Seul. Bahkan ketika gadis kecil itu berada di sampingnya, Yeoja itu tetap menganggap Ee Seul angin lalu.
“Eomma! Eomma mau kemana? Sekarang kan hari Minggu?“ tanya Ee Seul begitu melihat Hyeo Min berpakaian rapi dan berjalan menuju pintu. Hyeo Min menggeleng dan sekonyong-konyong keluar rumah. Ee Seul hanya tersenyum kecut memandangi punggung Eommanya yang semakin menjauh.
Hari ini Ee Seul akan pergi jalan-jalan bersama Na Eun dan Yesung. Begitu Yesung dan Ee Seul pergi dari rumah, Hyeo Min kembali ke rumah bersama teman-temannya.
“Huah kau benar-benar beruntung Hyeo Min. Suamimu tampan dan kaya, putrimu juga sangat cantik. Hidupmu pasti sangat sempurna,” ujar seorang yeoja berambut kecoklatan sebahu takjub.
“Sempurna? Tidak sama sekali. Apa gunanya tampan? Dia hanya menyusahkan dan menimbulkan malu, lumpuh! Tak bisa apa-apa. Apa kalian mau berjalan-jalan dengan orang lumpuh?” timpal Hyeo Min sembari tertawa. Teman-temannya ikut tertawa.
Hyeo Min berbicara seenaknya tanpa sadar seseorang yang tak sengaja mendengar telah tersakiti.
Hati Yesung serasa diiris-iris pisau belati, jantungnya terasa sakit, nadinya melemah, darahnya mengalir tak sempurna, sesuatu terasa sangat sesak di dadanya saat mendengar ucapan Hyeo Min. kerongkongannya terasa tercekat. Pandangannya mengabur karena sesuatu yang bening sedang menggenangi matanya.
(* Uljimayo Oppa, kalau dia tak menginginkanmu, dengan ku saja Oppa, aku akan merawat, menjaga, dan mencintaimu dengan sepenuh hati. :D)
“Appa!” seruan Ee Seul menyentakkan kesadaran Yesung. Diusapnya matanya sebelum berbalik menghadap putrinya. “ Ya,” sahut Yesung, suaranya terdengar serak. “Kenapa Appa lama sekali?” gerutu Ee Seul. “Maaf sayang,” tuturnya berusaha tersenyum pada putrinya.

* * *

“Oppa baik-baik saja?” tanya Na Eun. Semenjak tadi dia memperhatikan raut muka Yesung, dia berbeda dari biasanya. Yesung mengangguk, matanya memperhatikan Ee Seul yang sedang bermain buaian. Namun pikirannya tak berada di sana.
“Na Eun!” panggil Yesung tiba-tiba. “Hhmmm?” sahut Na Eun seraya memutar badannya menghadap Yesung. “Apa kau tak malu jalan denganku?” tanya Yesung berpura-pura santai. “Apa yang kau bicarakan! Aku tak pernah malu, kenapa aku harus malu?” jawab Na Eun terkejut. “Aku kan lumpuh. Apa kau tak malu mendorong-dorong kursi rodaku?” balas Yesung sembari tersenyum palsu. ”Bicara apa kau Oppa! Kenapa aku harus malu? Sedikitpun tak pernah terbesit di hatiku!” tegas Na Eun sedikit meninggi.
“Kau tak perlu memaksakan diri, jika kau malu jalan denganku katakan saja, aku tak akan marah, aku sadar aku berbeda denganmu,” timpal Yesung miris. “Berhentilah bicara!” bentak Na Eun, matanya memanas mendengar ucapan Yesung. “Kenapa? Aku hanya ingin kau jujur,” balas Yesung meninggi, matanya semakin merah menahan air mata.
Na Eun sekonyong-konyong melingkarkan tangannya di leher Yesung, tanpa komando lagi air mata Yesung turun dengan sendirinya. Na Eun merasakan sesuatu menetesi bahunya. “Kenapa Oppa? Kenapa tiba-tiba kau berbicara begitu?” tanya Na Eun lirih. “Tidak, tidak ada apa-apa,” suara Yesung terdengar serak. “Jangan pernah berbicara itu lagi! Aku sedih mendengarnya, kau tak perlu malu Oppa, aku tak pernah malu jalan bersamamu,” ucap Na Eun tulus dan jujur. “Terima kasih Na Eun,” tutur Yesung.
“Appa tak boleh sedih, Ee Seul juga tak malu jalan dengan Appa. Ee Seul malah bangga jalan dengan Appa,” Ee Seul menyela, matanya basah, “sayang,” lirih Na Eun takjub. “Terima kasih Nak,” tutur Yesung sembari tersenyum.

* * *

“Eomma! Eomma mau kemana?” tanya Ee Seul. Digenggamnya telapak tangan kiri Hyeo Min, sekonyong-konyong Hyeo Min menyentakkan tangan Ee Seul dan bergegas meninggalkan rumah tanpa melirik gadis kecil itu barang sedikitpun.
Entah apa yang dipikirkan bocah polos itu, dia mengejar Eommanya sembari memanggil-manggil “Eomma”  Hyeo Min bukannya tersentuh, ia malah berjalan lebih cepat. Setelah hampir 10 menit mereka berkejaran, Hyeo Min menyetop taksi, dan taksi itu langsung melaju kencang. Ee Seul berlari mengejar taksi itu, sampai kakinya tak kuat lagi berlari dan ia terjatuh. Lututnya sobek, gadis kecil itu merengek sembari memanggil Eomma.

* * *

“Ee Seul!” seru Na Eun, ia mengelilingi rumah dan pekarangan. Namun gadis kecil itu tak ada. “Ee Seul kau dimana?” seru Yesung frustasi. Sudah hampir satu jam mereka mencari Ee Seul, namun Ee Seul tak ada.
“Ada apa Tuan?”  Tanya Lee Ahjumma.
“Ee Seul tak ada di rumah. Apa Ahjumma melihatnya?”  balas Na Eun.
“Ah, tadi saya melihat dia mengikuti Nyonya Hyeo Min,” jawab Ahjumma.
“Apa? Hyeo Min? Bagaimana bisa?” timpal Yesung cemas.
“Perasaanku tidak enak Oppa,” gumam Na Eun.

* * *
Jam berdenting menunjukkan pukul 19.00 KST. Baik Ee Seul maupun Hyeo Min belum pulang, Na Eun dan Yesung tak bisa tenang sedari tadi pagi.
“Oh Oppa, kemana Ee Seul?” gumam Na Eun tak tenang .
“Aku tak tau Na Eun.” Suaranya menjelaskan betapa ia sedang cemas.
Pintu berderik terbuka dan tertutup, Yesung dan Na Eun bergegas mendekati pintu. Hanya Hyeo Min, tak ada Ee Seul. Hati Yesung dan Na Eun mencelos.
“Kau tak bersama Ee Seul?” tanya Yesung dengan suara tercekat. Hyeo Min menggeleng acuh.
“Lalu kemana Ee Seul?” tanya Yesung
Raut muka Hyeo Min sedikit berubah, tak satupun yang merasakan perubahan ekspresinya, sesuatu yang aneh kembali berdesir di hatinya.
“Mana ku tau!” tukas Hyeo Min acuh.
Jantung Yesung berdegup kencang, hatinya mencelos, perutnya mengejan, nadinya melemah.
Hyeo Min berjalan meninggalkan Na Eun dan Yesung. Tiba-tiba …
“Yak!” teriak Na Eun.
Hyeo Min Membalikan badan.
“Ibu macam apa kau? Kau sama sekali tak cemas dengan anakmu!” teriak Na Eun.
Yesung menggenggam tangan Na Eun erat.
“Sudahlah Na Eun,” tenang Yesung.
“Diamlah Oppa! Dia harus disadarkan! Suatu saat dia bisa menyesal karena perbuatannya sendiri! Aku hanya membantunya,” kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Na Eun. Itu pasti, setiap hal yang dilakukan pasti ada penyesalannya.
Sementara Yesung dan Na Eun berdebat Hyeo Min bergegas menuju kamarnya.
Ting… Tong… Ting… Tong…
Na Eun bergegas membuka pintu, hatinya sangat berharap itu adalah Ee Seul. Hati Na Eun maupun hati Yesung mencelos begitu melihat tamu mereka.
“Ee Seul!” pekik Na Eun sekonyong-konyong mengambil Ee Seul dari gendongan seorang yeoja yang mengantar Ee Seul.
Mata gadis kecil itu terpejam rapat, bibirnya pucat pasi, tubuhnya sangat dingin dan basah kuyup.
Aku seperti mengenal yeoja ini, batin Yesung.
“Benarkah dia anak Hyeo Min?” tanya yeoja itu.
“Ya. Dimana Anda menemukannya? Terima kasih telah mengantarkannya ke sini,” jawab Na Eun.
“Saya menemukan dia pingsan di jalan X, saya melihat wajahnya sangat mirip suami Hyeo Min, saya pikir dia anak Hyeo Min, dan ternyata memang benar,” cerocos yeoja berambut kecoklatan itu.
“Terima kasih banyak, tapi Anda siapanya Hyeo Min?” tanya Yesung.
“Ah saya teman Hyeo Min,” jawab yeoja itu sembari tersenyum.
Ah.. Pantas saja aku seperti pernah melihat wajahnya, batin Yesung.
Yeoja itu adalah yeoja yang dilihat Yesung berbicara dengan Hyeo Min beberapa hari yang lalu.
Yesung mengundang yeoja itu untuk masuk karena di luar hujan turun bergemuruh, karena penasaran dengan pertanyaan yang terus menggerogoti pikirannya, yeoja yang ternyata bernama  Jae Hee itu menanyakan dengan hati-hati bagaimana hubungan Yesung dengan Hyeo Min.

* * *

Begitu Ee Seul sadar, Yesung kembali ke kamarnya, Ee Seul meminta Na Eun menemaninya, terpaksalah Na Eun tak pulang malam ini. Sesampai di kamar Yesung mendapati Hyeo Min masih terjaga dan sedang sibuk dengan laptopnya.
“Ee Seul sudah pulang,” gumam Yesung sembari menatap Hyeo Min yang sedang duduk di atas kasur, matanya berfokus pada laptop, namun pikirannya tidak, “uh,” tanggap Hyeo  Min acuh. “Jae Hee yang menemukannya di jalan X sedang pingsan, aku heran bagaimana dia bisa sampai di sana, aku selalu melarangnya lewat jalan itu, karena disana sangat lengang,” lanjut  Yesung.
“Jae Hee?” tanya Hyeo Min datar.
“Cho Jae Hee, temanmu,” jawab Yesung. Hyeo Min tak membalas lagi.
Tak mau putus asa, Yesung membuka mulut lagi. “Ehm.. Ahjumma bilang tadi Ee Seul mengikutimu,” ujar Yesung hati-hati.
“Uhh,” timpal Hyeo Min tak jelas.
“Jadi benar? Apa kau ehm tau Ee Seul mengikutimu?” balas Yesung pelan.
“Uhh,” lagi-lagi Hyeo Min bergumam tak jelas. Namun Yesung mengerti.
Namja yang sedang duduk di atas kursi roda itu menghela napas dalam sembari mengurut dada. “Lalu kau meninggalkannya di jalan tak berorang begitu? Hyeo Min! kenapa kau begitu tak peduli terhadap Ee Seul? Kau membencinya? Tapi kenapa? Karena aku kah?” suara Yesung terdengar begitu terluka, sesuatu yang aneh bergemulut di perut Hyeo Min.
“Aku mohon Hyeo Min kau boleh membenciku sampai kapanpun, bahkan sampai di kehidupan selanjutnya tak apa, aku benar-benar rela. Tapi kumohon jangan mengacuhkan Ee Seul. Ee Seul juga butuh kasih sayangmu, dia sangat butuh kasih sayang seorang ibu, dia masih terlalu kecil, aku tak mau pertumbuhannya tak sempurna karena perasaannya, A….” ucapan Yesung terputus, Hyeo Min menutup laptopnya lalu membaringkan tubuh dan memunggungi Yesung.
Yesung menghela nafas, “aku percaya dengan hatimu,” ucap Yesung untuk terakhir kalinya, ia berusaha berpindah dari kursi roda ke kasur.

* * *

“Oppa! Oppa! Oppa!” seru Na Eun sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar Yesung. Yesung dan Hyeo Min sekonyong-konyong terbangun, Yesung mengucek-ngucek matanya.
“Oppa!” suara Na Eun terdengar panik, Yesung bergegas menaiki kursi rodanya dan membuka pintu.
“Ada apa Na Eun?” tanya Yesung mulai cemas.
“Ee Seul, Oppa. Ee Seul,” isaknya. Mata yeoja itu basah, keningnya berkeringat.
Hati Yesung mencelos.
********************************************************************

21 komentar:

  1. DAEBAK DAEBAK DAEBAK....
    I LOVE YOUR STORY... :D :D

    BalasHapus
  2. panjang ny laiii..
    keren se lh...
    drpdo lusy ngambok... :D

    BalasHapus
  3. ciiiee.. sjak bilo lusy jadi kpopers lus??:D hahaha kama charly? masukan nil utk lusy samo jo nadia,, FF lusy panjang bana,mungkin bisa d penggal utk buek org penasaran gituuu... hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sjk bsjk k nil aa..
      Dstu j nyo bru,, ndg kma'' dh.. hehe
      Trims utk msukannyo.. :D

      Hapus
  4. PANJAAAAANG tapi mantaaap Berbakat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk apa tk ad kmntar slain pnjg gtu? :D

      Hapus
  5. Balasan
    1. Mksih..
      Mnta kmen d part 2 jg donk puti,, please.. trims..

      Hapus
  6. ah, korea, krang sko wk, tpi nice post ny :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha sko s lh.. (*modus)
      Trims..
      Mnta kmen d part 2 please.. :) Trims..

      Hapus
  7. Panjang banget lusy.. Tapi bagus kok..
    pecinta korea abis.. :D

    BalasHapus
  8. banyak banget cerita yang dipost..
    untung udah baca naskah aslinya..
    temlplate wookpa nyo unyu-unyu

    BalasHapus